BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Puisi adalah sebuah karangan yang
terikat, tetapi untuk saat ini puisi sudah tidak bisa dikatakan terikat lagi
karena sudah mengalami perkembangan, perkembangan itu pula yang menyebabkan
pengertian puisi ikut berkembang, banyak pendapat yang memberikan batasan
tentang puisi. Diantaranya Puisi adalah luapan spontan dari perasaan yang penuh
daya, memperoleh rasanya dari emosi atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam
kedamaian Sedangkan menurut Slametmulyana puisi adalah bentuk kesusastraan yang
menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya seperti rima, ritme, dan
musikalitas.
B.
Rumusan
masalah
Rumusan
masalah yang terkandung dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana
stuktur lahir pada puisi Prelude
karya Acep Zamzam Noor
2. Bagaimana
stuktur batin pada puisi Prelude
karya Acep Zamzam Noor
3. Apa
saja jenis puisi pada puisi Prelude
karya Acep Zamzam Noor
4. Bagaimana
aliran puisi pada puisi Prelude karya
Acep Zamzam Noor
C.
Tujuan
penulisan
Tujuan penelitian adalah
salah satu rumusan yang akan dicapai dalam setiap kegiatan. Tujuan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk
mendeskripsikan stuktur lahir pada puisi Prelude karya Acep Zamzam Noor
2. Untuk
mendeskripsikan stuktur batin pada puisi Prelude karya Acep Zamzam Noor
3. Untuk
mengetahui jenis puisi pada puisi Prelude karya Acep Zamzam
Noor
4. Untuk
mendeskripsikan puisi pada puisi Prelude karya Acep Zamzam
Noor
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
JUDUL
BUKU
“MENJADI
PENYAIR LAGI…”
2.
PENGARANG
“ACEP
ZAMZAM NOOR”
3.
JUMLAH
BUKU
Bagi
pertama yang berjudul “ Ada yang belum kuucapkan “ berjumlah 53 sajak. Bagian
kedua yang berjudul “ Menjadi penyair lagi “ berjumlah 38 sajak. Jadi semua
sajak dalam buku ini adalah 91 sajak.
4.
LATAR
BELAKANG
Judul
pada buku ini menceritakan sebuah titik tolak baru bagi sang penyair untuk
kembali kepada peran kepenyairannya dan sang penyair tidak lantas menyodorkan
puisi-puisi yang bias kita anggap fase terbaru dari kepenyairannya. Ia malah
mngajak kita kembali keranah cinta yang diuraikan dengan sederhana, cinta yang
menyimpan ketulusannya yang murni dengan bahasa yang kadang menggeliat, kadang
merontah dan kadang tenang seakan sebuah bisikan dengan rima yang terjaga dan
karenanya terasa menghanyutkan.
Membaca
kumpulan puisi ini. Kita seakan tengah menikmati potret yang merekam sisi
paling sensitive dari kehidupan cinta penyairnya yang liar sekaligus romantic
yang tegas maupun yang melankolik. Cinta yang bermuara pada sekian nama
perempuan, maupun cinta yang menyuarakan keperihan eksistensial yang menukik
pada makna yang lebih dalam meski bertabur kata sepi, rindu, dan vareabel cinta
lainya.
5.
ANALISIS
PUISI
PRELUDE
Ini
sajak manis untukmu
Semanis
sirup
Minumlah
barang seteguk
Sajak
adalah harapan
Sajak
adalah hidupku akan dating
Sajak
adalah danau tenang
Tanpa
sampan tanpa gelombang
Sajak
adalah kenangan
Sajak
adalah jejak pengembaraan
Sajak
adalah bukit hijau
Dengan
sungai berbatu di lerengnya
Ini
sajak manis untukmu
Semanis
rindu
Teguklah
bersama waktu.
1978.
A.
Stuktur
Lahir Puisi
a.
Diksi
Pemilihan kata pada puisi Prelude sangatlah cermat, pemilihan kata
yang digunakan padat dan kaya akan nuansa makna dan mampu member daya imajinasi
pada pembaca
Dapat kita lihat pada bait pertama
Ini
sajak manis untukmu
Semanis
sirup
Minumlah
barang seteguk
Pembacapun dapat mengimajinasikan
kata-kata penyair disamping sangat penting untuk kekuatan ekspresi, juga
menunjukan ciri khas penyair dalam memilih kata-kata.
Susunan kata pada bait kedua
Sajak
adalah harapan
Sajak
adalah hidup akan datang
Sajak
adalah danau tenang
Tanpa
sampan tanpa gelombang
Susunan kata-kata diatas tidak dapat
diubah walaupun perubahan itu tidak menggunakan makna. Penyair telah
memperhitungkan secara matang susunan kata-kata itu. Keharmonisan antar bunyi
yang terdapat di dalamnya juga akan terganggu karena susunan kata tersebut
menimbulkan efek psikologis.
b.
Pengimajian
Dalam puisi ini penyair memasukan imaji
tactile karena penyair ingin pembaca merasakan apa yang dirasakan oleh penyair
saat menulisnya, imaji yang di dapatkan karena ada hubungannya dengan kata
konkret, kata-kata yang dipadatkan akan memberikan pengimajian yang sangat
luas, dan pengimajian pula bisa dibatasi dengan pengertian kata yang sangat
mudah dimengerti oleh pembaca. Dan jika pembaca menghayati puisi itu maka akan
seolah-olah merasakan sesuatu.
Dapat dilihat dalam bait ketiga
Sajak
adalah kenangan
Sajak
adalah jejak pengembaraan
Sajak
adalah bukit hijau
Dengan
sungai berbatu di lerengnya
Bayangan penyair akan rindunya sajak itu
dalam kata-kata sajak adalah kenangan, kenangan yang membuat penyair merindukan
menjadi penyair lagi.
c.
Kata
konkret
Penyair membangkitkan imaji (daya bayang)
pembaca dengan memperkonkret kata-kata dalam puisi yang mereka tulis. Penyair
memiliki kata untuk memberikan daya bayang seperti kejernihan dari pemaknaan
serangkaian kenangan dan harapan yang dimiliki. Kembali pada sajak “Prelude”
menuliskan kerinduan penyair untuk membuat sajak-sajak yang dipakai untuk
keseharian kita.
Ini
sajak manis untukmu
Semanis
rindu
Teguklah
bersama waktu.
Dalam kata teguklah bersama waktu seteguk
disini dapat dilihat bahwa penyair ingin merasakan sajak itu di kesehariannya.
d.
Majas
(Bahasa Figuratif)
Majas yang digunakan tidak terlalu rumit
untuk dipahami tetapi majas yang digunakan hanya untuk membangkitkan imaji
pembaca agar lebih menghayati. Bahasa yang figurative menyebabkan puisi menjadi
pritis artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Pada puisi Prelude bait ketiga ralik ke dua seperti
Sajak adalah jejak pengembaraan, majas
yang digunakan tidak terlalu sulit karena pengembaraan seperti apa yang
dimajaskan oleh pengarangan.
e.
Versifikasi
(Rima, Ritme)
Pengulangan kata dalam puisi ini untuk
menempatkan bunyi dan pengulangan kata, agar lebih menyatu satu dengan yang
lain. Karena dalam sajak ini penyair lebih banyak menggunakan penggulangan
kata.
Dapat diliha dalam bait kedua
Sajak
adalah harapan
Sajak
adalah hidupku akan datang
Sajak
adalah danau tenang
Tanpa
sampan tanpa gelombang
Pengulangan dalam puisi ini sangat
banyak karena pengulangan yang dibuat oleh pengarang agar bunyinya merdu dan
enak dipakai.
f.
Tata
Wajah (Tipografi dan Enjambemen)
Pemotongan kalimat atau frase pada puisi
isi diakhiri larik kemudian pemotongan diletakan pada larik berikutnya agar
memudahkan pembaca dapat kita lihat dalam sajak ini,
Ini
sajak manis untukmu
Semanis
sirup
Minumlah
barang seteguk
Kata-kata yang disusun mewujudkan
larik-larik yang panjang dan pendek, yang membentuk suatu kesatuan padu.
Pergantian larik panjang dan pendek sedemikian bervariasi secara harmoni
sehingga menimbulkan ritma yang padu.
B.
Stuktur
Batin Puisi
a.
Tema
Gagasan pokok yang ada pada puisi ini
begitu kuat penyair memberi puisi ini tema menyelami hakikat cintanya akan
puisi yang sangat iya gemari yang menjadikan barang langka dalam keseharian.
Tema disini adalah kerinduan akan sajak yang telah lama ia tinggalkan.
b.
Rasa
(Feeling)
Pokok persoalan dalam puisi ini adalah
tentang cinta dan kerinduan menjadi penyair yang telah lama ia tinggalkan.
Karena cinta sekarang sangat langka dalam keseharian seperti minun, dengan
danau, dan cinta yang seperti apa yang murni yang diceritakan pentyair
c.
Nada
dan Suasana
Dalam menulis puisi, penyair mempunyai
sikap tertentu terhadap pembaca, Penyair mengajak pembaca akan bercermin
tentang rasa yang ada sejak dulu hingga sekarang suasana penyair sedang
merindukan cinta yang sangat bergelora dan rindu akan sajak yang selalu dipakai
sehari-hari. Jika nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, maka suasana
adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologi
yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca.
d.
Amanat
Amanat yang hendak disampaikan oleh
penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi itu.
Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Pada
puisi Prelude manat yang di sampaikan
oleh penyair adalah penyair ingin mengajarkan kembali kepada pembaca menyelami
hakikat kerinduan dan cinta akan sebuah sajak yang dipakai dalam sehari-hari.
C.
Jenis
Puisi
a)
berdasarkan
cara isi pengungkapan isi
puisi ini termasuk dalam puisi deskrifsi
karena pengarang memberika puisi yang berisi kesan penyair terhadap peristiwa,
keadaan, benda, atau suasana yang dipandang menarik perhatian. Pada puisi ini
pengarang lebih menceritakan keadaan yang sedang dialami oleh penyair adalah
kerinduan akan sajak yang telah sulit di temukan di kehidupan sehari-hari dan
suasana yang dipandang menarik oleh penyair adalah kerinduan akan sajak yang
ingin dia ceritakan kembali.
b)
Berdasarkan
sifat isinya
Puisi ini masuk kedalam puisi platonik
karena berisi hal-hal yang lebih kejiwaan. Karena isinya lebih menceritakan apa
yang terjadi oleh penyair.
c)
Berdasarkan
perlu tidaknya suara
Puisi ini termasuk kedalam puisi kamar
karena puisi ini cocok di baca sendirian atau cukup dengan satu atau dua
pendengar saja di dalam auditorium, kecuali kalo dipaksakan. Psisi kamar ini
puisi renungan, puisi kontemplatif, yang akan lebih cocok dibaca di dalam
kamar, intensitas perasaan lebih ditonjolkan.
d)
Berdasarkan
hasil pengungkapan isi
Puisi ini termasuk kedalam puisi
subjektif karena puisi personal, yakni puisi yang mengunakan gagasan, pikiran,
perasaan, dan suasana dalam diri penyair sendiri.
e)
Berdasarkan
bahasa yang digunakan
Puisi ini termasuk kedalam prismatic
karena puisi ini menggunakan bahasa konotasi, pada puisi prismatic ini penyair
mampu menyelaraskan kemampuan menciptakan majas, versifikasi, diksi, dan
pengimajian sedemikian rupa, sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan
makna puisinya, namun juga tidak terlalu gelap. Pembaca tetap dapat menelusuri
makna pusi itu, namun makna itu bagaikan sinar yang keluar dari prisma.
f)
Berdasarkan
nilai keilmuan yang dikandungnya
Puisi ini termasuk kedalam puisi
inspiratif karena puisi ini diciptakan berdasarkan mood atau passion. Penyair
benar-benar masuk ke dalam suasana yang hendak dilukiskan. Suasana batin
penyair benar-benar terlibat ke dalam puisi itu. Dengan mood, puisi yang
diciptakan seakan memiliki tentang gaib, mempunyai kekuatan untuk memikat
perhatian pembaca.
D.
Aliran
puisi
1)
Aliran
ronmantik
Puisi ini seikit mengunakan aliran
romantic karena penyair ingin menggambarkan kenyataan hidup dengan penuh
keindahan tanpa cela. Jika yang dituliskan itu kebahagiaan, maka kebahagiaanitu
perlu sempurna tanpa tara.
Seperti dalam bait pertama
Ini
sajak manis untukmu
Semanis
sirup
Minumlah
barang seteguk
2)
Aliran
Ekspresionisme
Puisi ini termasuk kedalam dalam aliran
ekspresionisme karena mengungkapkan kenyataan secara obyektif, namun secara
subyektif yang diekspresikan dalam gelora jiwa yang dirasakan oleh pengrang.
E.
Simpulan
Puisi
Puisi Prelude karya Acep Zamzam Noor merupakan puisi
yang sulit untuk dipahami karena dari tema yang ada pada puisi ini menyelami
hakikat cintanya akan puisi yang sangat iya gemari yang menjadikan barang
langka dalam keseharian. Tema disini adalah kerinduan akan sajak yang telah
lama ia tinggalkan. Berdasarkan jenis puisi berdasarkan isi dalam isi
puisi ini termasuk dalam puisi deskrifsi
karena pengarang memberika puisi yang berisi kesan penyair terhadap peristiwa,
keadaan, benda, atau suasana yang dipandang menarik perhatian. Pada puisi ini
pengarang lebih menceritakan keadaan yang sedang dialami oleh penyair adalah
kerinduan akan sajak yang telah sulit di temukan di kehidupan sehari-hari dan
suasana yang dipandang menarik oleh penyair adalah kerinduan akan sajak yang
ingin dia ceritakan kembali.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Menganalisi
puisi itu bertujuan untuk memahami stuktur lahir puisi, memahami stuktur batin
puisi, termasuk kedalam jenis puisi apa saja yang adapada puisi itu.dan apa
saja aliran puisi yang terkandung dalam puisi itu kita harus mengerti sejauh
kita menganalisis puisi tersebut.
B.
Saran
Kita
yang notabennya adalah seorang mahasiswa yang memepelajari sastra. Harus
menyadari bahwa mempelajari sastra itu penting dan harus bisa menerapkannya
dalm kehidupan sehari-hari, karena kitalah yang akan memberi perubahan untuk
masa depan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ristiani, Iis (2012). Kajian dan apresiasi Puisi dan Prosa. Bandung:
CV. Aswaja Pressindo
J.Waluyo. herman
(1995). Teori dan Apresiai Puisi.
Jakarta: Erlangga.
Mantap ilmunya.. :-)
BalasHapusTrimakasi :-)
BalasHapus