ABERVIASI (PEMENDEKAN)
Oleh
Meilinda Purnama Sari
Abstrak
Dalam bahasa indonesia terdapat bentuk-bentuk
kependekan, kependekan-kependekan itu tidak menimbulkan kesukaran pada para
pemakai bahasa. Aberviasi/ pemendekan merupakan sebuah proses morfologi berupa
pemenggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem Sehingga
terjadilah bentuk baru yang berstatus kata. Bentuk kependekan dalam bahasa
indonesia muncul karena terdesaknya oleh kebutuhan untuk berbahasa secara
praktis dan cepat. Kebutuhan ini paling terasa di bidang teknis, seperti
cabang-cabang ilmu, kepaduan, angkatan bersenjata, dan kemudian menjalar ke
bahasa sehari-hari.
Kata Kunci :
Aberviasi, Akronim, Kontraksi, Penyingkatan
Pendahuluan
Morfologi merupakan cabang ilmu bahasa yang
menyelidiki seluk beluk bentuk kata. Oleh karena itu, tidak heran apabila di
dalamnya terdapat pembahasan mengenai abreviasi, didalam aberviasi kita akan
mempelajari pemenggalan, akronim, kontraksi dan penyingkatan.
Membuat klasifikasi atas bentuk-bentuk
pemendekan bukan pekerjaan yang mudah, pada berbagai bentuk pemendekan sering terjadi tumpang tindih baik yang
berupa lambang huruf maupun pada singkatan akronim.
Pemakaian bahasa indonesia menyimpan beratus-ratus bentuk
kependekan dalam perbendaharaannya ataupun melihat hubungan antara bentuk
kependekan dan kepanjangannya. Bentuk kependekan sering berasosiasi dengan kata
atau frase penuh lain; karena pemakaian bahasa ingin membentuk kependekan yang
mirif sekurang-kurangnya dalam bunyi, dengan bentuk lain, supaya maknanya pun
mirip. Misalnya, Gestapu (Gerakan
September Tigapuluh), dihubungkan dengan Gestapo;
atau Wasalam (Wawasan Almamate), Patok (4 Oktober), dan benci (benar-benar cinta) yang “enak” didengar.
Penghindaran asosiasi dengan kependekan
lain atau dengan leksem lain juga sering menjadi pertimbangan dalam penciptaan
suatu kependekan. Contoh lain : untuk pembatu
rektor diciptakan akronim purek
dan dihindari singkatan PR, karena
singkatan ini dipergunakan pula untuk Pemuda
Rakyat, sebuah Organisasi Komunis.
Dalam prakteknya, asosiasi itu─atau
lebih tepat faktor pragmatis─lebih menentukan ujud kependekan daripada kaidah
atau sistematik fonotaktif atau fonologis yang oleh para puris dituntut agar
diikuti dalam pembentukan kependekan apa pun.
Jenis-jenis Kependekan
Menurut Harimurti Tridalaksana (2007 :
162) diantara bentuk-bentuk kependekan terdapat :
1.
Singkatan yaitu proses pemendekan yang
menghasilkan kata yang berupa gabungan huruf.
2.
Penggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah
satu bagian dari kata atau leksem.
3.
Akronim yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf
yang ditulis menjadi sebuah kata yang dapat dilafalkan.
4.
Kontraksi aitu proses pemendekan dengan meringkaskan
gabungan leksem dasar atau gabungan fonem.
5.
Lambing huruf yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu
huruf atau lebih yang menggambarkan onsep dasar kuantitas, satuan, atau unsure.
Morfem Visual
dan Morfem Auditif
Bentuk singkatan yang tidak dieja huruf
demi huruf seperti dll, hanya
terdapat dalam bentuk tulis, dan yang dilafalkan selalu bentuk kependekannya dan lain-lain. Antara dll dan dan lain-lain terdapat relasi yang tepat dan teratur, keduanya
mengacu pada referensi yang sama diluar bahasa. Dll dalam bahasa indonesia boleh dianggap sebagai satuan yang
berstatus morfem, karena bentuk bahasa itu mempunyai realisasi fonemis dan
mempunyai makna. Hanya sebagai bentuk bahasa satuain ini tidak pernah
dilafalkan. Oleh karena itu, satuan serupa dinamakan morfem Visual. Bentuk singkatan
yang dapat dieja huruf demi huruf boleh disebut morfem auditif karena moefem
ini dilapalkan sesuai dengan bentuk grafemnya.
Kependekan Sebagai
Bentuk Monomorfemis Atau Polimorfemis
Di antara bentuk-bentuk singkatan yang
bermacam-macam jenisnya kita jumpai bentuk seperti: Itjen, Kalab, Kalitbangdiklat. Bentuk-bentuk itu menjadi masalah
bagi peneliti bahasa. Masalahnya, apakah bentuk-bentuk itu dapat dianggap
sebagai bentuk yang monomorfemis atau bentuk yang polimorfemis. Bagi beberapa
kalangan, bentuk It, Jen, Ka, Lab, Lit,
bang, dik, dan lat merupakan
bentuk bentuk yang tidak asing lagi, karena muncul dalam singkatan-singkatan
lain Itlit, Itkeh, mayjen, dirjen, kabag,
dan seterusnya. Untuk kelompok lain bentuk-bentuk serupa itu merupakan bentuk
monomorfemis, karena merupakan pada satuan referensi.
Almorf dan
Aloleks
Merupakan antara sebuah bentuk
kependekan dan bentuk kepanjangan dapat dilihat dari dua segi. Pertama, orang
dapat menganggap bahwa sebuah bentuk kependekan merupakan almorf dari bentuk
kepanjangannya (Kridalaksana : 2007). Kedua, bentuk kependekan dapat dianggap
sebagai sebuah morfem tersendiri dan bentuk kepanjangannya merupakan morfem
atau gabungan morfem yang lain. Keduanya menunjukan pada referen yang sama dan
mempunyai makna yang sama, sehingga bentuk kependekan dan bentuk kepanjangan
mempunyai hubungan yang serupa dengan sinonim.
Klasifikasi
Bentuk-bentuk Kependekan
Membuat klasifikasi atas bentuk-bentuk
kependekan yang ada dalam bahasa indonesia bukanlah pekerjaan yang mudah.
Meskipun Vrise (1970) mengatakan bahwa dalam bahasa indonesia singkatan tidak
ada sistematiknya, namun ternyata sistem itu ada; hanya sebagian kecil saja
dari semua kependekan yang diselidiki yang sukar diklasifikasikan dan fakta
semacam ini merupakan ciri morfologis suatu bahasa: adalah proses yang teratur,
dan ada tambahan dan kekecualian.
Kasifikasi
Bentuk Kependekan
a.
Singkatan
Bentuk singkatan
terjadi karena proses-prose tertentu.
- Pengekalan
huruf pertama tiap komponen.
- Pengekalan
huruf pertama dengan pelepasan konjungsi, preposisi, reduplikasi dan preposisi,
artikulasi dan kata,.
- Pengekalan
huruf pertama dengan bilangan, bilaberubah.
- Pengekalan
2 huruf pertama dari kata.
- Pengekalan
3 huruf pertama dari sebuah kata.
- Pengekalan
4 huruf pertama dari suatu kata.
- Pengekalan
huruf pertama dan huruf terakhir kata.
- Pengekalan
huruf pertama dan huruf ketiga.
b.
Akronim
dan Kontruksi
Sub-klasifikasi kontraksi lebih
sukar sditentukan daripada sub-klasifiksi singkatan, penggalan, atau lambang
huruf karena kaedahnya sukar diramalkan. Dengan akronim juga sulit dibedakan.
Sebagai pegangan dapat ditentukan bahwa bila seluruh kependekan itu dilafalkan
sebagai kata wajar, kependekan itu merupakan akronim. Di sinilah letak tumpang
tindih kontraksi dn akronim.
c.
Penggalan
Pengalan merupakan
beberapa sub-klasifikasi:
-
Penggalan suku kata
pertama dari suatu kata.
-
Pengalan suku terakhir
suatu kata.
-
Pengekalan tiga huruf
pertama dari suatu kata.
-
Pengekalan empat huruf
pertama dari suatu kata.
-
Pengekalan kata
terakhir dari suatu frase.
-
Pelepasan sebagai kata.
d.
Lambang
Huruf
Lambang huruf dapat
disub-klasifikasikan:
-
Lambang huruf yang
menandai bahasa kimia atau bahasa lain
-
Lambang huruf yang
menandai ukuran
-
Lambang huruf yang
menyatakan bilangan
-
Lambang huruf yang
menandai kota/negeri/alat angkutan
-
Lambang huruf yang
menyatakan mata uang
-
Lambang huruf yang
dipakai dalam berita kawat.
Afiksasi
Terhadap Kependekan
Setelah mengalami keleksikalisasi,
kependekan dapat mengalami gramatikalisasi berupa proses afiksasi,
Reduplikasi Atas
Kependekan
Beberapa bentuk kependekan dapat
direduplikasikan, seperti ormas-ormas,
pudek-pudek, SD-SD
Penggabungan
Atas kependekan
Penggabungan bentuk-bentuk
kependekan dapat terjadi antara dua bentuk kependekan atau lebih: penggabungan
beberapa kependekan tidak hanya membentuk kata atau frasa, melainkan juga
ddapat membentuk kalimat.
Pelesap Atas
Kependekan
Ada beberapa proses pelesapan yang
dapat terjadi pada kependekan, antara lain, sebagai berikut:
a. Pelesapan
huruf : Lurgi= Luar negri klompen=
klompok pendengar
b. Pelesapan
suku kata: Gatra= Gabungan tentara
c. Pelepasan
kata: Gabis= Gabungan Pengusaha Bioskop
d.
Pelesapan Afiks: KOTINKomando Operasi Tertinggi
e.
Pelesapan konjungsi,
preposisi, partikel, atau reduplikasi: porakh=
pecan olahraga kesenian dan hiburan
Penyingkatan Atas
Kependekan
Proses penyingkatan dapat terjadi
dalam kependekan sehingga ada penyingkatan dalam singkatan; misalnya: AMD= ABRI masuk desa.
Penutup
Abreviasi
merupakan salah satu proses yang ada dalam bidang kajian morfologis. Abreviasi
diartikan sebagai proses pemenggalan satu atau beberapa bagian leksem atau
kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata. Istilah lain
untuk abreviasi ialah pemendekan, sedang hasil prosesnya disebut kependekan
(Harimurti Kridalaksana : 2007). Secara umum, pemendekan kata dapat dibedakan
menjadi empat, yaitu pemenggalan, akronim, kontraksi, dan penyingkatan.
Pemenggalan
yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari kata atau
leksem. Akronim yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf yang ditulis
menjadi sebuah kata yang dapat dilafalkan. Kontraksi yaitu proses pemendekan
dengan meringkaskan gabungan leksem dasar atau gabungan fonem. Penyingkatan
yaitu proses pemendekan yang menghasilkan kata yang berupa gabungan huruf.
Daftar pustaka
Kridalaksana, Harimurti. 2007.
Pembentukan Kata Dalam bahasa indonesia. Cetakan ke-4 (cetakan pertama 1989)
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ramlan, M. 1985. Ilmu Bahasa
Indonesia Morfologi suatu Tinjauan Deskriptif. Bandung. C.V. Karyono.
http://bebekkecil27.blogspot.com/2011/12/makalah-abreviasi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar